Friday 4 April 2014

Esai - Belajar dari Sang Pemimpi

Belajar dari Sang Pemimpi
Andrea Hirata, Ia bukanlah sastrawan dari latar belakang sastra, studinya mengenai ilmu ekonomi. Namun Ia mampu menghasilkan karya sastra yang kesemuanya best seller. Berawal dari pengalamannya sendiri Ia membuat sebuah karya. Sebuah karya sastra yang sensasional. Dengan gaya penceritaan yang blak – blakkan, tak biasa, dan tak terduga. Kadang – kadang menggelitik namun begitu memikat. Dalam setiap narasi, pembaca dibawa ikut terjun langsung ke dalam ceritanya.
Melalui novel Sang Pemimpi, Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Perancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara : Sorbonne. Ikuti jejak – jejak Sartre, louis Paster, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar scieense, sastra, dan seni hingga mengubah peradaban (Sang Pemimpi hal 78). Itu adalah kata – kata dari Pak Balia, guru sastra yang diidolakannya. Dari perkataan beliau Andrea Hirata bermimpi, mimpi yang mungkin tidak akan pernah diraih: menapakkan kaki di altar suci almamater De Sorbonne Perancis. Ia tidak lahir dari keluarga orang kaya, tapi dengan kemauan yang keras, mimpi mimpi itu berhasil diraih. Tanpa mimpi dan semangat orang seperti kita akan mati (Sang Pemimpi hal 176).
Luar biasa sekali, (menurutku). Ia (Andrea Hirata) mampu menyusun kata demi kata untuk dijadikannya rangkaian cerita ber-epik menarik. Ahmad Tohari mengatakan, “ untuk sebuah karya sastra bergaya saintifik dengan penyampaian cerdas dan sangat menyentuh, nama Andrea Hirata sudah bisa jadi jaminan”. Ahmad Tohari yang notabene adalah sastrawan hebat di Indonesia, Karyanya Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, yang sudah diterbitkan kedalam 12 bahasa saja mengakui kehebatan Andrea Hirata. Apalagi saya yang untuk sementara ini hanya bisa menikmati karya sastra. Tentu apresiasi luar biasa dari saya.
Di semua narasinya, Andrea memberikan pengetahuan – pengetahuan baru untuk pembacanya. Ia seperti tak pernah kehabisan ide dan tak pernah kehilangan tempat untuk melihat suatu fenomena dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Setiap kalimatnya bermuatan, dan dapat berkembang lagi ke bentuk yang lebih besar; cerita baru, kisah baru, sesuatu yang tak terduga. Ia membubuhkan beberapa ilmu : fisika, biologi, kimia, astronomi, dan bahasa kedalam kata demi kata yang dirangkainya.
Tetralogi Laskar Pelangi: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpoov. Dua dari Novel tersebut sudah diangkat menjadi film bioskop. Laskar Pelangi mendapat apresiasi luar biasa juga dari Presiden dan Wapres pada saat itu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama M. Jusuf Kalla ikut – ikutan nonton bareng. Betapa hebatnya karya ini, hingga orang nomor satu di Negeri ini terbawa dalam alur ceritanya.
Setelah Tetralogi Laskar Pelangi, karya berikutnya adalah Dwilogi Padang Bulan: Padang Bulan, Cinta dalam Gelas. Novel ketujuhnya ditulis setelah mendapat bea siswa untuk belajar sastra pada program IWP (International Writing Program), University of Lowa, Amerika Serikat. Novel ketujuhnya ditulis selama mengikuti program IWP berjudul Two Trees, dalam bahasa Indonesia berarti Ayah.
Hebat bukan main untuk Andrea Hirata, Sastrawan muda namun berdaya imajinasi tinggi, sebuah inspirasi untukku selain dari Albert Einstein dengan teori Relativitasnya.
 
TF_ 2011

No comments:

Post a Comment