Kerinduan
dalam Puisi Mengartikanmu
karya
Indah Darmastuti
Dosen Pengampu :
Ambarini Asriningsari, Dra.,M.Hum
Mata Kuliah :
Kapita Selekta Sastra
Oleh :
TOMMY FAESOL
08410287
6F / PBSI
TOMMY FAESOL
08410287
6F / PBSI
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI
SEMARANG
2011
a. Kerinduan
dalam Mengartikanmu karya Indah Darmastuti
Mengartikanmu
Kelopak
melati cintaku
Mengantar
mekar, mengumbar wangi setanggi temui hatimu
Kau
yang di jauh
Kau
yang tak tersentuh oleh jejariku dengan madu yang menyepuh
Manis
tercecap gelapkan bibir hausmu
Mengayuh
rengkuh tatkala rindu hadir menggebu
Ingin
kuselimutkan padamu, rambutku yang telah kucuci
Ingin
kutidurkan engkau dalam gelaran zaman yang teranyam
Lalu
kukidungkan nyanyian sukma dan doa tanpa ratap dan air mata
Lalu
kau akan terbangun pada pagi
Tanpa
kau temui tubuhku berada di sisi
Selain
wangi melati
yang
mengantarmu menjumpai hadirku dalam bayang dan mimpi
Semua puisi diciptakan pengarang pasti punya maksud
dan tujuan. Maksud dan tujuan tersebut bisa diungkapkan secara implisit, namun
kebanyakan maksud dan tujuan puisi diungkapkan oleh pengarang secara eksplisit.
Maka dari itu perlu penafsiran lebih lanjut agar dapat memahami sesuatu hal
yang sebenarnya ingin disampaikan pengarang pada pembaca.
Penafsiran
isi puisi dapat dilakukan dengan menempuh 4 langkah ancangan semiotik. Langkah
pertama adalah mencari hal yang menjadi penanda utama. Langkah kedua, puisi
tersebut ditelaah pada penggunaan kata yang bermakna denotatif dan konotatif.
Langkah ketiga untuk menganalisis paradigmatik. Dan langkah yang terakhir
adalah mengalisis sintagmatiknya.
b. Penanda
utama
Penanda
utama pada puisi ini adalah pada baris /Mengayuh
rengkuh tatkala rindu hadir menggebu/, frasa /mengayuh rengkuh/ dimaknai dengan usaha maksimal yang telah
dilakukan sangat melelahkan, frasa ini dihubungkan dengan /tatkala rindu hadir menggebu/, baris ini dapat dimaknai dengan
usaha maksimal yang melelahkan dilakukan Si aku untuk mengobati kerinduan pada
kekasihnya. Penanda utama berikutnya adalah pada baris /yang mengantarmu menjumpai hadirku dalam bayang dan mimpi/. Baris
ini dapat dimaknai pada akhirnya kekasihnya hanya dapat menjumpai Si aku dalam
bayang dan mimpi karena kenyataannya kini antara Si aku dan kekasihnya sudah
berbeda alam. Dari dua baris yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam Puisi ini mengungkapkan betapa besar usaha yang dilakukan Si aku
ketika rindu kekasihnya namun kerinduan itu tidak terobati, dan Si aku berusaha memberi tahu pada kekasihnya
betapapun usaha yang dilakukan, tetap saja Si aku tidak bisa ditemui selain
dalam bayang dan mimpi.
c. Denotasi
dan Konotasi
Bait
1 :
Kata yang digunakan penyair secara
denotatif pada bait pertama adalah : / /cintaku/ /mengumbar/ /temui/ /hatimu/.
Adapun kata – kata yang bersifat konotatif adalah : /kelopak melati/ /mengantar
mekar/ /wangi setanggi/.
Kata /kelopak melati/ berkonotasi dengan
tanda bahwa bunga – bunga melati di tanah pekuburan sudah layu yang tinggal
kelopaknya saja. Kata /mengantar mekar/ dikonotasikan dengan menambah rasa
rindu. Kata /wangi setanggi/ berkonotasi dengan wewangian yang digunakan ahli
metafisika untuk memanggil arwah atau sejenisnya. Setanggi seperti halnya
kemenyan, bila dibakar maka aura magis akan mengalir disekitarnya.
Pada bait ini dapat dimaknai bahwa
ketika Si aku mengunjungi makam kekasihnya, Ia semakin rindu dan sangat ingin
menemui kekasihnya. Maka wangi setanggi merupakan kerinduan yang terdalam dari
Si aku pada kekasihnya.
Bait
2 :
Kata - kata yang digunakan penyair
secara denotatif pada bait kedua adalah : /kau/ /yang di jauh/ /kau/ /yang tak
tersetuh/ /oleh/ /jejariku/ /manis/ /yang/ /tercecap/ /gelapkan/. Sedangkan
kata – kata yang berkonotasi adalah : /madu/ /menyepuh/ /bibir hausmu/.
Kata /madu/ berkonotasi dengan keadaan
bahagia atau damai. Apalagi kata /madu/ dihubungkan dengan kata /menyepuh/, /menyepuh/
sering dikaitkan dengan peningkatan kadar logam emas agar semakin kuning. Emas
berwarna kuning, dan madu sendiri juga berwarna kuning. Jadi konotasi dari /madu
yang menyepuh/ adalah kedamaian yang tidak ada bandingannya. Frasa /bibir haus/
berkonotasi dengan tidak dapat berkata apa – apa.
Pada bait ini dimaknai kekasih yang kini
tak tersentuh lagi sudah tidak dapat meminta sesuatu hal. Walaupun kekasih
dalam keadaan damai yang tidak ada bandingannya, tetapi untuk hubungan dengan
kekasihnya, Ia tidak dapat berkata apa – apa lagi.
Bait
3 :
Pada bait ketiga kata – kata yang
bermakna denotatif adalah : /mengayuh/ /tatkala/ /rindu/ /hadir/ /menggebu/
/ingin/ /kuselimutkan/ /padamu/ /yang/ /telah/ /kucuci/ /ingin/ /kutidurkan/ /engkau/
/dalam/ /zaman/ /yang/ /lalu/ /kukidungkan/ /nyanyian/ /dan/ /doa/ /tanpa/ /ratap/
/dan/ /airmata/. Adapun kata yang bermakna konotatif adalah /rengkuh/ /rambutku/
/gelaran/ /teranyam/.
Kata /rengkuh/ berkonotasi dengan sangat
lelah. Apalagi dihubungkan dengan kata /mengayuh/ yang bermakna sudah berusaha
semaksimal mungkin. Kata /rambutku/ berkonotasi dengan mahkota. /gelaran/ berkonotasi
dengan keadaan yang nyata. /teranyam/ berkonotasi dengan sesuatu hal yang
memang sudah dirancang, dapat dikatakan sesuai dengan takdir.
Pada bait ini dapat dimaknai bahwa Si
aku telah berusaha semaksimal mungkin, namun Si aku menjadi sangat lelah ketika
rindu pada kekasihnya tidak teobati. Si aku ingin memberi mahkota yang
dimilikinya. Ia ingin mengerti keadaan sebenarnya tentang kejadian yang sedang
terjadi dan ingin menerima keadaan yang ada tersebut dengan jiwa yang tulus
tanpa ada kesedihan.
Bait
4 :
Pada bait keempat, kata – kata yang
bermakna denotatif adalah : /lalu/ /kau/ /akan/ /terbangun/ /pada/ /tanpa/ /kau/
/temui/ /tubuhku/ /berada/ /di sisi/ /selain/ /wangi/ /yang/ /mengantarmu/
/menjumpai/ /dalam/ /bayang/ /dan/. Adapun kata –kata yang bermakna konotatif
adalah /pagi/ /melati/ /hadirku/ /mimpi/.
Kata /pagi/ berkonotasi dengan awalnnya
hari. Tapi dalam hal ini maksudnya awalnya kehidupan yang baru. Kata /melati/
berkonotasi dengan keadaan yang suci bahwa kekasih sudah meninggal dunia. Kata
/bayang/ berkonotasi dengan kenangan semasa hidup. Dan kata /mimpi/ berkonotasi
dengan keinginan yang tidak mungkin terlaksana.
Pada bait ini dapat dimaknai Penyair
ingin menyampaikan pada kekasihnya bahwa Ia sudah tidak dapat menemani. Kini Sang
kekasih harus menerima kenyataan yang ada. Kekasih hanya bisa membawa kenangan
semasa hidup dalam bayangan dan keinginannya pada Si aku tidak mungkin
terlaksana.
- Intepretasi Tanda
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa makna yang diungkapkan Penyair dalam puisi Mengenangmu adalah bila hubungan dengan kekasih sudah diakhiri
dengan ajal, maka tidak dapat dirtawar lagi. Walaupun usaha yang dilakukan
sudah maksimal, namun tidak akan dapat mempesatukannya lagi. Semua harus
menerima kenyataan yang ada. Sang kekasih hanya dapat membawa bayangan dengan
Si aku selama masih hidup, dan tentang keinginannya pada Si aku, itu tidak
mungkin terjadi.
Dari analisis tersebut di atas
berdasarkan model semiotik sastra, nilai yang terkandung dalam puisi Mengartikanmu dapat digambarkan dengan
diagram sebagai berikut :
Pengalaman literer
Pembaca mandapatkan pengalaman
bahwa usaha semaksimal apapun bila
kenyataannya
sudah berbeda alam, maka harus
diterima dengan ikhlas
(EL)
Keterangan :
A : Pengarang (Author)
W : Karya Sastra (Written)
S : Struktur Karya Sastra (Stucture)
R : Pembaca (Reader)
Lic : Makna berdasarkan Konvensi Sastra
(Literary Convensi)
LaC : Makna berdasarkan Konvensi Bahasa
(Language Convensi)
U : Bersifat umum / semesta (universal)
V : Nilai dalam Karya Sastra (Value)
EL : Pengalaman literer Pembaca dari
Pengarang (Expresiv Literer)