Friday, 28 March 2014

Kritik Mimetik Karya Sastra pada Puisi

Kerinduan dalam Puisi Mengartikanmu
karya Indah Darmastuti
Dosen Pengampu             : Ambarini Asriningsari, Dra.,M.Hum
Mata Kuliah                     : Kapita Selekta Sastra   
Oleh : 
TOMMY FAESOL
08410287
6F / PBSI
 
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2011

a.    Kerinduan dalam Mengartikanmu karya Indah Darmastuti
Mengartikanmu
Kelopak melati cintaku
Mengantar mekar, mengumbar wangi setanggi temui hatimu
Kau yang di jauh
Kau yang tak tersentuh oleh jejariku dengan madu yang menyepuh
Manis tercecap gelapkan bibir hausmu
Mengayuh rengkuh tatkala rindu hadir menggebu
Ingin kuselimutkan padamu, rambutku yang telah kucuci
Ingin kutidurkan engkau dalam gelaran zaman yang teranyam
Lalu kukidungkan nyanyian sukma dan doa tanpa ratap dan air mata
Lalu kau akan terbangun pada pagi
Tanpa kau temui tubuhku berada di sisi
Selain wangi melati
yang mengantarmu menjumpai hadirku dalam bayang dan mimpi
        Semua puisi diciptakan pengarang pasti punya maksud dan tujuan. Maksud dan tujuan tersebut bisa diungkapkan secara implisit, namun kebanyakan maksud dan tujuan puisi diungkapkan oleh pengarang secara eksplisit. Maka dari itu perlu penafsiran lebih lanjut agar dapat memahami sesuatu hal yang sebenarnya ingin disampaikan pengarang pada pembaca.
        Penafsiran isi puisi dapat dilakukan dengan menempuh 4 langkah ancangan semiotik. Langkah pertama adalah mencari hal yang menjadi penanda utama. Langkah kedua, puisi tersebut ditelaah pada penggunaan kata yang bermakna denotatif dan konotatif. Langkah ketiga untuk menganalisis paradigmatik. Dan langkah yang terakhir adalah mengalisis sintagmatiknya.
b.   Penanda utama
Penanda utama pada puisi ini adalah pada baris /Mengayuh rengkuh tatkala rindu hadir menggebu/, frasa /mengayuh rengkuh/ dimaknai dengan usaha maksimal yang telah dilakukan sangat melelahkan, frasa ini dihubungkan dengan /tatkala rindu hadir menggebu/, baris ini dapat dimaknai dengan usaha maksimal yang melelahkan dilakukan Si aku untuk mengobati kerinduan pada kekasihnya. Penanda utama berikutnya adalah pada baris /yang mengantarmu menjumpai hadirku dalam bayang dan mimpi/. Baris ini dapat dimaknai pada akhirnya kekasihnya hanya dapat menjumpai Si aku dalam bayang dan mimpi karena kenyataannya kini antara Si aku dan kekasihnya sudah berbeda alam. Dari dua baris yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam Puisi ini mengungkapkan betapa besar usaha yang dilakukan Si aku ketika rindu kekasihnya namun kerinduan itu tidak terobati, dan  Si aku berusaha memberi tahu pada kekasihnya betapapun usaha yang dilakukan, tetap saja Si aku tidak bisa ditemui selain dalam bayang dan mimpi.
c.    Denotasi dan Konotasi
Bait 1 :
Kata yang digunakan penyair secara denotatif pada bait pertama adalah : / /cintaku/ /mengumbar/ /temui/ /hatimu/. Adapun kata – kata yang bersifat konotatif adalah : /kelopak melati/ /mengantar mekar/ /wangi setanggi/.
Kata /kelopak melati/ berkonotasi dengan tanda bahwa bunga – bunga melati di tanah pekuburan sudah layu yang tinggal kelopaknya saja. Kata /mengantar mekar/ dikonotasikan dengan menambah rasa rindu. Kata /wangi setanggi/ berkonotasi dengan wewangian yang digunakan ahli metafisika untuk memanggil arwah atau sejenisnya. Setanggi seperti halnya kemenyan, bila dibakar maka aura magis akan mengalir disekitarnya.
Pada bait ini dapat dimaknai bahwa ketika Si aku mengunjungi makam kekasihnya, Ia semakin rindu dan sangat ingin menemui kekasihnya. Maka wangi setanggi merupakan kerinduan yang terdalam dari Si aku pada kekasihnya.
Bait 2 :
        Kata - kata yang digunakan penyair secara denotatif pada bait kedua adalah : /kau/ /yang di jauh/ /kau/ /yang tak tersetuh/ /oleh/ /jejariku/ /manis/ /yang/ /tercecap/ /gelapkan/. Sedangkan kata – kata yang berkonotasi adalah : /madu/ /menyepuh/ /bibir hausmu/.
        Kata /madu/ berkonotasi dengan keadaan bahagia atau damai. Apalagi kata /madu/ dihubungkan dengan kata /menyepuh/, /menyepuh/ sering dikaitkan dengan peningkatan kadar logam emas agar semakin kuning. Emas berwarna kuning, dan madu sendiri juga berwarna kuning. Jadi konotasi dari /madu yang menyepuh/ adalah kedamaian yang tidak ada bandingannya. Frasa /bibir haus/ berkonotasi dengan tidak dapat berkata apa – apa.
        Pada bait ini dimaknai kekasih yang kini tak tersentuh lagi sudah tidak dapat meminta sesuatu hal. Walaupun kekasih dalam keadaan damai yang tidak ada bandingannya, tetapi untuk hubungan dengan kekasihnya, Ia tidak dapat berkata apa – apa lagi.
Bait 3 :
        Pada bait ketiga kata – kata yang bermakna denotatif adalah : /mengayuh/ /tatkala/ /rindu/ /hadir/ /menggebu/ /ingin/ /kuselimutkan/ /padamu/ /yang/ /telah/ /kucuci/ /ingin/ /kutidurkan/ /engkau/ /dalam/ /zaman/ /yang/ /lalu/ /kukidungkan/ /nyanyian/ /dan/ /doa/ /tanpa/ /ratap/ /dan/ /airmata/. Adapun kata yang bermakna konotatif adalah /rengkuh/ /rambutku/ /gelaran/ /teranyam/.
        Kata /rengkuh/ berkonotasi dengan sangat lelah. Apalagi dihubungkan dengan kata /mengayuh/ yang bermakna sudah berusaha semaksimal mungkin. Kata /rambutku/ berkonotasi dengan mahkota. /gelaran/ berkonotasi dengan keadaan yang nyata. /teranyam/ berkonotasi dengan sesuatu hal yang memang sudah dirancang, dapat dikatakan sesuai dengan takdir.
        Pada bait ini dapat dimaknai bahwa Si aku telah berusaha semaksimal mungkin, namun Si aku menjadi sangat lelah ketika rindu pada kekasihnya tidak teobati. Si aku ingin memberi mahkota yang dimilikinya. Ia ingin mengerti keadaan sebenarnya tentang kejadian yang sedang terjadi dan ingin menerima keadaan yang ada tersebut dengan jiwa yang tulus tanpa ada kesedihan.
Bait 4 :
        Pada bait keempat, kata – kata yang bermakna denotatif adalah : /lalu/ /kau/ /akan/ /terbangun/ /pada/ /tanpa/ /kau/ /temui/ /tubuhku/ /berada/ /di sisi/ /selain/ /wangi/ /yang/ /mengantarmu/ /menjumpai/ /dalam/ /bayang/ /dan/. Adapun kata –kata yang bermakna konotatif adalah /pagi/ /melati/ /hadirku/ /mimpi/.
        Kata /pagi/ berkonotasi dengan awalnnya hari. Tapi dalam hal ini maksudnya awalnya kehidupan yang baru. Kata /melati/ berkonotasi dengan keadaan yang suci bahwa kekasih sudah meninggal dunia. Kata /bayang/ berkonotasi dengan kenangan semasa hidup. Dan kata /mimpi/ berkonotasi dengan keinginan yang tidak mungkin terlaksana.
        Pada bait ini dapat dimaknai Penyair ingin menyampaikan pada kekasihnya bahwa Ia sudah tidak dapat menemani. Kini Sang kekasih harus menerima kenyataan yang ada. Kekasih hanya bisa membawa kenangan semasa hidup dalam bayangan dan keinginannya pada Si aku tidak mungkin terlaksana.
  1. Intepretasi Tanda
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa makna yang diungkapkan Penyair dalam puisi Mengenangmu adalah bila hubungan dengan kekasih sudah diakhiri dengan ajal, maka tidak dapat dirtawar lagi. Walaupun usaha yang dilakukan sudah maksimal, namun tidak akan dapat mempesatukannya lagi. Semua harus menerima kenyataan yang ada. Sang kekasih hanya dapat membawa bayangan dengan Si aku selama masih hidup, dan tentang keinginannya pada Si aku, itu tidak mungkin terjadi.
Dari analisis tersebut di atas berdasarkan model semiotik sastra, nilai yang terkandung dalam puisi Mengartikanmu dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut :


 

Pengalaman literer
Pembaca mandapatkan pengalaman
bahwa usaha semaksimal apapun bila kenyataannya
sudah berbeda alam, maka harus diterima dengan ikhlas
(EL)
Keterangan      :
A         : Pengarang (Author)
W        : Karya Sastra (Written)
S          : Struktur Karya Sastra (Stucture)
R         : Pembaca (Reader)
Lic       : Makna berdasarkan Konvensi Sastra (Literary Convensi)
LaC     : Makna berdasarkan Konvensi Bahasa (Language Convensi)
U         : Bersifat umum / semesta (universal)
V         : Nilai dalam Karya Sastra (Value)
EL       : Pengalaman literer Pembaca dari Pengarang (Expresiv Literer)

No comments:

Post a Comment