﴿ شرح
اسم من أسماء الله الحسنى: العزيز ﴾
] Indonesia –
Indonesian – [ إندونيسي
Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi
Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad
2010 - 1431
﴿ شرح
اسم من أسماء الله الحسنى: العزيز ﴾
« باللغة الإندونيسية »
تأليف: د. أمين بن عبد الله الشقاوي
ترجمة: مظفر شهيد
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو
2010 - 1431
Penjelasan
Tentang Salah Satu Asmaul Husna (Al-Aziz)
Segala
puji hanya bagi Allah SWT, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah
dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku
bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan utusan -Nya… Amma Ba’du:
Diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim pada sebauh hadits dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Allah SWT memiliki sembilan puluh sembilan nama,
tidaklah seseorang menghafalnya/menjaganya kecuali dia akan masuk surga, dan
Dia ganjil serta senang dengan bilangan yang ganjil”[1],
di dalam sebuah riwayat disebutkan: “Dan barang siapa yang menghitungnya maka
dia akan masuk surga”.[2]
Di
antara nama-nama Allah SWT yang baik adalah Al-Aziz, Al-Qurthubi berkata, “Al-Aziz
artinya (yang kuat, yang tidak dijangkau dan tidak pula dikalahkan)[3].
Ibnu Katsir berkata, “Al-Aziz, yaitu yang menundukkan segala sesuatu dan
mengalahkannya, yang menaklukkan segala sesuatu maka tidak seorangpun yang
dapat menghina karena kekuatan, keagungan, keperkasaan dan kebesaran yang
dimilikinya.[4]
Ibnul
Qoyyim rahimahullah berkata, “Al-Izzah mengandung tiga hal:
1. Mulia dengan kekuatan, makna
ini ditunjukkan oleh asma Allah Al-Qowwi dan Al-Matiin.
2. Mulia dengan kekokohan, Dia
adalah Allah Zat Yang Maha Kaya. Dia tidak membutuhkan seorangpun dan tidak
seorangpun yang mampu memberikan kemudharatan bagi -Nya atau memberikan manfaat
kepada -Nya, Dia-lah Allah Yang Maha Kuasa memberikan manfaat dan mudharat,
yang memberi dan mencegah.
3. Mulia karena Dia mampu
menundukkan segala sesuatu, mengalahkan segala
hal, semuanya tunduk bagi Allah SWT dan takluk pada kebesaran-Nya, pasrah pada
semua kehendak-Nya, tidak ada sesuatu apapun bergerak di alam ini kecuali
dengan kekuasaan dan kekuatan Allah SWT[5]
Sebagian mereka berkata, “Kata Al-Aziz di dalam Al-Qur’an disebutkan sejumlah
tujuh puluh dua kali. Allah SWT berfirman:
ﭧ ﭨ ﮋ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﮊ البقرة: ٢٦٠
Dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Perkasa lagi
Maha
Bijaksana (QS. Al-Baqarah; 260).
Allah SWT berfirman:
ﭧ ﭨ ﮋ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﮊ آل عمران: ٤
dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan (siksa). (QS. Ali Imron: 4).
Dan Allah SWT juga berfirman:
ﭧ ﭨ ﮋ ﯧ ﯨ ﯩ ﯪ ﯫ ﮊ يس: ٣٨
Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui. QS. Yasin; 38.
Di antara manfaat yang
didapatkan dengan beriman kepada nama
Allah SWT ini adalah:
1)
Beriman kepada Allah SWT di
mana di antara nama -Nya adalah Al-Aziz yang berarti tidak akan pernah
dikalahkan, ditundukkan. Beriman kepada nama ini akan menanamkan rasa berani
dan kepercayaan kepada Allah SWT, sebab makna yang tersirat dari nama ini
adalah bahwa tidak seorangpun yang mampu mencegah dan menolak perintah Allah SWT,
dan apapun yang dikehendaki-Nya pasti akan terjadi sekalipun seluruh manusia tidak menghendakinya dan segala sesuatu yang tidak dikehendaki-Nya
tidak akan pernah terjadi sekalipun seluruh manusia mengharapkannya
terjadi . Dan seorang yang merenungkan kisah-kisah para nabi dan rasul
akan melihat kejelasan perkara tersebut, seperti kisah Nabi Musa Alaihis salam,
pada saat Fir’aun berupaya mencegah
terlahirnya seorang bayi laki-laki (yang akan mengambil kekuasaannya), dia
memerintahkan untuk membunuh seluruh bayi laki-laki bani Israil yang terlahir, sebab dia telah
mengetahui bahwa bayi yang akan mencabut kekuasaannya akan terlahir dari kaum
bani Israil, namun Allah Yang Maha Mulia enggan kecuali menyempurnakan cahaya
-Nya, sekalipun orang-orang kafir merasa benci. Maka Musapun terlahir dan besar
di dalam istana Fir’aun, di dalam rumahnya, dalam pengawasannya lalu pada saat
dia berusaha membunuhnya maka Allah-pun membinasakan Fir’aun, berserta panglima
tinggi militernya, Haman dan seluruh tentaranya. Dan banyak lagi kisah-kisah
yang lain.[6]
2)
Orang yang mulia di dunia dan
akherat adalah orang yang dimuliakan oleh Allah. Allah SWT berfirman:
ﭧ ﭨ ﮋ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮘﮙ ﮚ ﮛﮜ ﮝ ﮞ ﮟ ﮠ ﮡ ﮢ ﮊ آل عمران: ٢٦
Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut
kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imron: 26)
Maka barangsiapa yang menginginkan kemuliaan maka hendaklah
dia memintanya dari Allah SWT Yang memiliki kemuliaan. Allah Ta’ala berfirman:
ﭧ ﭨ ﮋ ﯞ ﯟ
ﯠ ﯡ ﯢ ﯣ ﯤﯥ ﮊ فاطر: ١٠
Barang siapa yang menghendaki
kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan
itu semuanya. (QS. Fathir: 10).
Artinya barangsiapa yang ingin menjadi mulia di dunia dan akherat maka
hendaklah dia selalu taat kepada Allah SWT, dengan itu segala keinginannya akan
tercapai sebab Dia yang menguasai dunia dan akherat, segala kemuliaan menjadi
milik Nya. Allah telah mencela suatu kaum yang mencari kemuliaan kepada selain
Allah, mereka menjadikan musuh-musuh Allah, dari orang-orang sebagai wali
mereka, mereka menyangka bahwa inilah jalan dan jalur menuju kemuliaan itu.
Allah SWT berfirman:
ﭧ ﭨ ﮋ ﯖ ﯗ ﯘ ﯙ ﯚ ﯛ ﯜﯝ ﯞ ﯟ ﯠ ﯡ ﯢ ﯣ ﯤ ﯥ ﮊ النساء: ١٣٩
(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan
meninggalkan orang-orang mukmin.
Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir
itu? Maka sesungguhnya
semua kekuatan kepunyaan Allah. (QS. Al-Nisa’: 139)
Semakin tinggi ketaatan seseorang maka semakin besar
kemuliaannya, orang yang paling mulia adalah para nabi, kemudian orang-orang
yang lebih rendah dari mereka, yaitu golongan orang-orang yang beriman yang
mengikuti para nabi itu.
Fakhruddin Al-Rozi berkata, “Dan kemuliaan seseorang
tergantung pada ketinggian mereka dalam beragama, maka setiap kali sifat ini
lebih sempurna maka dorongan kepada yang
negatif akan lebih sedikit dan dia akan lebih mulia dan lebih tinggi.[7]
Allah SWT berfirman:
ﭧ ﭨ ﮋ ﮔ ﮕ ﮖ ﮗ ﮊ المنافقون: ٨
Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya
dan bagi orang-orang mukmin, (QS.
Al-Munafiqun: 139)
Nabi Muhammad SAW bersabda kepada kaum Anshar: “Tidakkah
dulunya kalian adalah kaum yang hina kemudian dimuliakan oleh Allah?”.[8]
Amirul mu’minin Umar bin Khattab berkata, “Kita adalah kaum
yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, bagaimanapun usaha kita untuk mencari
kemuliaan dengan selain Islam maka kita akan dibuat hina oleh
Allah”.[9]
Dan di antara dio’a yang selalu
dilantunkan oleh ulama salaf adalah:
«اللهم أعِزَّنا بطاعتك، ولا تُذِلَّنا بمعصيتك»
Ya Allah muliakan kami dengan ketaatan
kepada-Mu dan janganlah hinakan kami dengan kemaksiatan kepada -Mu.[10]
Maka
orang yang taat akan hidup mulia, dan
pelaku maksiat hidup terhina. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW bersabda di
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad di dalam musnadnya dari Ibnu
Umar, “Dan Allah SWT menjadikan kehinaan dan kehinaan pada orang yang
menyalahi perintahku”.[11]
3)
Kita meminta kepada Allah Ta’ala
dan bersimpuh di hadapannya dengan nama yang agung ini, yaitu nama Al-Aziz.
Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dalam sunannya
dari Anas RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila engkau mengeluhkan suatu penyakit maka letakkanlah tanganmu
pada bagian tubuh yang sakit lalu bacalah:
«بسم الله، أعوذ بعزَّة الله وقدرته من شرما أجِد من وجعي هذا»
“Dengan menyebut nama Allah, aku
berlindung dengan kekuatan Allah dan kekuasaan -Nya dari keburukan yang aku
rasakan pada penyakitku ini”. Kemudian hendaklah dia mengangkat tangannya dan
ulangilah hal itu dalam jumlah yang ganjil”.[12]
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas RA bahwa
Nabi Muhammad SAW bersabda,
«اللهم إني أعوذ بعِزَّتك لا
إله إلا أنت أن تُضِلَّني، أنت الحي الذي لا يموت والجن والإنس يموتون»
“Ya Allah aku berlindung dengan
kekuatan -Mu, tidak ada Tuhan yang patut disembah dengan sebenarnya kecuali
Dirimu, janganlah sesatkan aku ini, Engakau Maha Hidup sementara jin dan
manusia akan mati semua”.[13]
4)
Di antara sebab kemuliaan
seseorang dan kedudukannya yang tinggi adalah memaafkan
dan merendahkan diri. Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Hurairah
bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tidaklah suatu harta itu berkurang karena
shedekah, dan tidaklah Allah SWT menambahkan bagi seorang hamba yang bersifat pemaaf kecuali dengan kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba merendah diri kecuali
Allah akan mengangkatnya”.[14]
Maka barangsiapa yang memaafkan kesalahan seseorang padahal dia mampu membalas
maka dia akan menjadi orang yang besar di dalam hati saat hidup di dunia ini
dan di akherat dia akan mendapat pahala yang besar dari Allah. Begitu pula
sikap merendah diri, dia adalah kedudukan yang tinggi
di dunia dan akherat.
5)
Apa yang menimpa kaum muslimin
berupa kelemahan, kehinaan, kerendahan dan tertinggal dari umat yang lain pada
zaman sekarang ini adalah sebab langsung dari dosa-dosa dan kemaksiatan mereka,
mereka menjauhi agama Allah SWT, seandainya mereka berpegang degan ajaran agama
ini dan mengamalkan apa yang ada padanya maka Allah SWT pasti memuliakan dan
menolong mereka atas musuh-musuh mereka, dan umat Islam
pasti menjadi pemimpin dunia, bangsa-bangsa seperti yang terjadi pada para
shahabat radhiallahu anhum, di mana kemenangan-kemenangan mereka telah mencapai
belahan timur dan barat dunia. Allah SWT berfirman:
ﭧ ﭨ ﮋ ﭬ ﭭ ﭮ ﭯ ﭰ ﭱ ﭲ ﭳ ﭴ ﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊ ﮋﮌ ﮍ ﮎ ﮏ ﮐ ﮑ ﮒ ﮓ ﮔ ﮊ النور: ٥٥
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka
agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembah-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan
barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik. (QS.
Al-Nur: 55).
Diriwayatkan
oleh Ahmad di dalam musnadnya dari hadits Tamim Ad-Dari bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda, “Sesungguhnya perkara agama ini
pasti sampai meliputi apa yang diliputi oleh siang dan malam dan Allah SWT
tidak meninggalkan satu rumah pun baik di perkotaan atau pedesaan kecuali Allah
akan memasukkan padanya perkara agama ini dengan menguatkan orang yang mulia
dan menghinakan orang yang hina, yaitu kemuliaan yang dengan
Islam menjadi mulia dan kehinaan yang dengan kekufuran menjadi terhina.
Tamim Ad-Dari berkata, “Aku
telah mengetahui realita ini dari keluargaku, sebab orang yang telah masuk
Islam dari mereka mendapat kebaikan, kemuliaan dan kekuatan sementara orang
yang kafir dari mereka mendapat kehinaan, kerendahan dan diwajibkan membayar
jizyah.[15]
Segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan
kepada Nabi kita Muhammad saw dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh
pengikut beliau.
[1] Al-Bukhari: 6410 dan Muslim:
2677
[2] Al-Bukhari: no: 7392
[3] Tafsir Al-Qurthubi: 2/131
[4] Tafsir Ibnu Katsir: 4/343
[5] Mausu’ah Nadhratun Na’im:
7/2821-2822
[6] Al-Minhjul Asma fi syarhi
Asmaillhil Husna: An Najdi: 1/136
[7] Al-Minhajul Asma fi syarhi
ayatillahil husna: 1/1400
[8] Musnad Imam Ahmad 3/56 dan
asalnya terdapat di dalam ashihaini.
[9] Mustadrokul hakim: 1/130
[10] Al-Jawabul Kafi, halaman: 53
[11] Musnad Imam Ahmad: 2/92
[12] Al-Turmudzi di dalam sunannya:
no: 3588
[13] Bagian dari hadits riwayat
Al-Bukhari no: 7383 dan Muslim,: no: 2717
[14] Muslim, no: 2586
[15] Musnad Imam Ahmad bin Hambal:
4/103
No comments:
Post a Comment