Oleh
Drs.
Mohammad Kanzunnudin, M. Pd
Disajikan
dalam Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar
Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muria Kudus, Sabtu, 1 Juni 2013 di Universitas Muria
Kudus
Pembuka
Pada era sekarang ini dunia
jurnalistik semakin marak. Apabila jurnalistik radio, TV, koran, tabloid,
maupun majalah, bahkan buletin (bentuk
penerbitan berupa lembaran,biasanya lembaran distensil atau difotocopy yang
dikeluarkan oleh suatu badan penerbitan, misalnya kantor berita, dan suatu
instansi pemerintah maupun swasta tertentu); semakin banyak semakin
berkembang. Hal ini wajar karena setiap instansi ingin mengimformasikan apa-apa
yang ada dan terjadi di instansinya kepada kalayak umum (publik). Tuntutan
itulah yang menggerakkan suatu institusi membuat atau menerbitkan media.
Pada sisi lain media yang
diterbitkan suatu institusi tersebut, tidak hanya berfungsi sebagai media atau
sarana penyampaian informasi saja, tetapi juga menjadi sarana komunikasi antar
institusi yang bersangkutan dengan khalayak umum (publik). Bahkan secara umum
media yang diterbitkan tersebut memiliki fungsi (1) memberikan informasi, (2)
memberikan hiburan, dan (3) melaksanakan control sosial.
Maraknya media cetak yang
tertib dengan berbagai bentuk dan segmen tersebut, menantang penulis-penulis
kreatif untuk mengirimkan tulisan-tulisannya yang berbentuk artikel.
Menulis
Menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara bersemuka dengan orang lain (pembaca). Menulis merupakan
suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam menulis, seorang penulis
harus memiliki keterampilan memanfaatkan grfologi (ilmu mengenai aksara atau
system tulisan), struktur bahasa,kosa kata.
Menulis merupakan kegiatan
menuangkan gagasan secara tertulis yang bersifat produktif dan ekspresif. Dapat
dinyatakan juga bahwa menulis itu merupakan suatu proses yang bersifat
produktif dan ekspresif yang berfungsi untuk menyampaikan ide,gagasan,pesan
dari penulis kepada pembaca. Suatu proses produktif dan kreatif yang
membutuhkan kemahiran pemakaian bahasa dengan tujuan untuk berkomunikasi antar
penulis dan pembaca. Oleh sebab itu, keterampilan menulis tidak datang secara
tiba-tiba atau otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik
sebanyak-banyaknya dan teratur.
Menulis merupakan
keterampilan berbahasa yang paling tinggi (sulit) mempunyai hubungan dengan
keterampilan-keterampilan berbahasa lain, yakni menyimak,berbicara, dan
membaca.
Menulis dan membaca
merupakan kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaikan oleh penulis kepada
pembaca dijembatani melalui lambang bahasa yang dituliskan. Baca-tulis
merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca
sabgai penulis.
Penulis sebagai pembaca
berarti ketika aktivitas menulis berlangsung si penulis membaca tulisannya
sendiri. Pada waktu membaca tulisannya sendiri penulis berperan sebagai pembaca
yang menilai apakah tulisannya menyajikan hal yang bermanfaat, tulisannya enak
dibaca atau tidak. Sebaliknya pembaca sebagai penulis, ketika berlangsung
kegiatan membaca, pembaca melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh
penulis, yakni menemukan topik dan tujuan tulisan, gagasan dan kaitan antara
gagasan, dan kejelasan uraian.
Mengenai hubungan nenulis
dengan menyimak ditunjukkan ketika menulis yakni penulis butuh ide informasi
atau inspirasi untuk tulisannya. Inspirasi itu diperoleh dari berbagai sumber
seperti buku, majalah, koran, TV, pidato, diskusi,dan wawancara. Hal itu
menunjukkan bahwa penulis memperoleh ide tulisan dari menyimak.
Adapun hubungan menulis
dengan berbicara ditunjukkan bahwa keduanya merupakan keterampilan berbahasa
yang bersifat aktif dan produktif. Penulis dan pembicara sama-sama berperan
sebagai pengirim atau penyampai pesan kepada pihak lain. Penulis dan pembicara
sama-sama harus menentukan sikap terkait dengan topik, tujuan,jenis informasi
yang akan disampaikan, dan teknik penyampaiannya sesuai dengan sasaran yang
akan dituju (pembaca atau pendengar).
Manfaat menulis
Banyak manfaat yang dapat
dipetik dari menulis. Di antara manfaat menulis ialah sebagai berikut.
1.
Meningkatkan kecerdasan.
2.
Mengembangkan daya inisiatifdan
kretivitas
3.
Menumbuhkan keberanian
4.
Mendorong kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi.
Artikel
Artikel adalah tulisan yang
selain mengandung fakta-fakta dan data-data yang obyektif juga sekaligus
menampilkan analisis, simpulan,dan saran-saran yang sifatnya subjektif. Artikel
selain memuat fakta juga mengandung opini.
Tulisan berbentuk artikel
untuk konsumsi media cetak (majalah atau koran) merupakan karya tulis lengkap
seperti berita atau esei di majalah atau koran. Oleh sebab itu, artikel
merupakan tulisan yang mengandung fakta-fakta dan data-data yang obyektif.
Tulisan berbentuk artikel selain memuat atau menyajikan fakta juga mengandung
opini, pendapat, pikiran dan pendirian.
Tulisan berbentuk artikel
disebut juga sebagai karangan khas. Yakni suatu tulisan yang berada di luar
tulisan yang bersifat berita langsung yang pegangan utama dari 5 W ( what = apa, who = siapa, where
= dimana, when
= kapan, dan why
= mengapa), dan 1 H (how =
bagaimana) dapat diabaikan. Oleh sebab itu, tulisan berbentuk artikel atau
karangan khas tidak perlu menonjolkan bagian-bagian yang penting di muka,
sebagaimana keharusan bagian-bagian utama berita yang terdapat pada teras
berita (intro atau lead). Hal ini
dikarenakan tulisan yang mendatar dengan stilistik karangan khas atau artikel
akan menarik.
Tulisan berbentuk artikel
disebut juga sebagai tulisan ilmiah
populer. Mengapa? Artikel merupakan tulisan ilmiah yang disajikan secara
populer.
Populer berasal dari kata
populis (latin) yang berarti rakyat. Dalam konteks bahasa ini populer mempunyai
pengertian dikenal, diskusi, dan dibutuhkan banyak orang. Oleh sebab itu,
pengertian ilmiah populer adalah tulisan ilmiah yang disajikan sedemikian rupa
sehingga mengundang minat baca banyak orang. Oleh karena itu, salah satu hal
penting yang perlu dikuasai penulisan artikel ialah cara penyajian tulisan.
Bagaimana menulis artikel
ilmiah populer dalam media cetak (koran/majalah)? Seorang penulis harus
memperhatikan kaidah-kaidah tulisan jurnalistik secara umum, yakni harus
mengundang unsur aktual, masalahnya menyangkut banyak orang, tidak SARA,
bahasanya lugas-padat-enak dibaca, dan memenuhi analisis logika yang baik.
Kriteria Umum
Tulisan ilmiah populer
untuk konsumsi media cetak (Koran/majalah) pada umumnya sebagai berikut ini.
1.
Tema aktual (budaya, ekonomi,
politik, agama, pendidikan, lingkungan atau yang lainnya).
2.
Masalahnya menyangkut orang
banyak.
3.
Masalahnya mengundang perhatian
orang banyak.
4.
Ada hal yang baru, baik informasi
maupun data.
5.
Menyajikan informasi dan data yang
benar.
6.
Hasil pemikliran orinil dan belum
diterbitkan atau dipublikasikan di media lain.
7.
Analisisnya tajam, tidak sekedar
deskriptif.
8.
Alur pemikiran logis.
9.
Bahasa populer, singkat, padat,
lugas, dan mudah dimengerti.
10.
Tidakmemicu SARA.
11.
Tidak membuka celah gugatan.
12.
Penulisnya seorang yang
profesional (menguasai masalah).
Tulisan yang Baik dan Bertanggung Jawab
Suatu tulisan dinyatakan baik dan bertanggung jawab dapat
diukur berdasarkan hal-hal berikut ini.
1.
Jujur
pada publik dan diri sendiri.
2.
Objektif,
melihat persoalan secara adil, berimbang, dan proporsional.
3.
Kritis
(peka terhadap perkembangan, membela kepentingan umum).
4.
Inisiatif,
kreatif, proaktif, mencari hal-hal yang tersembunyi, mencari fakta,
mengungkapkan kebenaran.
5.
Bijaksana,
mempertimbangkan untuk menulis dan tidak menulis sesuatu.
6.
Tenggang
rasa, tidak memojokkan.
7.
Santun
dalam memilih kata, rendah hati.
8.
Membimbing.
Turut mencerdaskan, bukan membodohi.
Karakteristik Media Cetak
Setiap media cetak (Koran atau majalah) memiliki ciri khas
atau khusus (karakteristik) sendiri-sendiri. Karakteristik inilah yang
membedakan antara Koran atau majalah yang satu dengan yang lainnya.
Karakteristik ini meliputi, isi, dan gaya penyampaian. Tampilan atau perwajahan
mencakupi bentuk huruf, lay out (tata letak), gambar (foto), dan pewarnaan.
Adapun mengenai karakteristik isi tertuang dalam rubriksasi
(kepala karangan atau ruang tetap di koran atau majalah). Setiap koran atau
majalah memiliki rubriksasi yang berbeda-beda. Misalnya, koran harian (koran
yang terbit setiap hari) berbeda dengan koran yang terbit mingguan atau tengah
bulanan. Bahwa sama-sama majalah wanita juga memiliki rubrikasasi yang berbeda.
Isi suatu Koran atau majalah juga ditunjukkanoleh
karakteristik tema-tema artikel yang diangkat. Kalau Koran seperti Kompas, Suara Merdeka, Jawa Pos;
tema-tema artikel cakupannya lebih umum dan luas. Adapun tabloid-tabloid wanita
tema-tema artikel yang ditampilkan cakupannya lebih khusus, yakni tentang dunia
wanita.
Mengenai gaya penyampaian atau gaya penulisan, setiap koran
atau majalah juga memiliki gaya tersendiri. Ada Koran atau majalah yang
menetapkan cara penulisan artikel dengan gaya ketat, yakni bahasa yang
digunakan dan cara penggungkapannya dengan serius. Akan tetapi, ada juga dengan
gaya agak longgar, yakni bahasa yang digunakan dan cara pengungkapannya agak
santai. Gaya longgar ini ditunjukkan oleh diksi atau pilihan-pilihan kata
banyak menggunakan bahasa sehari-hari yang akrap dengan masyarakat di daerah
mana koran yang bersangkutan diterbitkan. Misalnya koran Suara Merdeka yang terbit di wilayah Jawa Tengah, banyak menggunakan
idiom-idiom (bahasa dan dialek yang khas menandai suatu bahasa, suku, kelompok)
yang ada dan sering muncul di kalangan masyarakat daerah-daerah Jawa Tengah.
Sikap Penulis
Seorang penulis harus memiliki sikap yang dapat menunjang
daya kreativitas kepenulisan. Sikap positif yang harus dimiliki oleh seorang
calon penulis atau penulis ialah sebagai berikut.
1.
Terbuka. Penulis atau penulis
harus bersikap terbuka, yakni terbuka menerima berbagai informasi dari berbagai
sumber, terbuka menerima kritik dan saran dari pihak atau orang lain.
2.
Membaca. Penulis atau penulis
harus suka atau gemar membaca untuk memperoleh berbagai informasi, memperluas
pengetahuan dan wawasan. Selain itu, dengan membaca seorang penulis dapat
menemukan topik untuk menulis artikel.
3.
Berdiskusi. Penulis atau penulis
harus suka berdiskusi dengan teman-teman sendiri, atau orang lain yang ahli di
bidangnya. Diskusi ini selain berfungsi untuk memperoleh pengetahuan, juga
untuk mengasah kepekaan sosial bagi penulis. Oleh sebab itu, seorang penulis
harus sering hadir dalam forum-forum diskusi, seminar, dan lokakaryanya.
4.
Observasi. Seorang penulis harus
sering melakukan observasi kepustakaan dan lapangan. Observasi kepustakaan
dalam konten ini, seorang penulis sering melihat dan membaca tulisan-tulisan
dengan topik (artikel) apa saja yang telah banyak ditulis orang. Sebaliknya,
topik artikel apa saja yang belum banyak ditulis oleh orang lain. Dengan
demikian, seorang penulis dapat menemukan topik-topik artikel yang layak dan
patut diangkat menjadi tulisan. Pada sisi lain, dengan melakukan observasi
kepustakaan, seorang penulis memiliki berbagai referensi sebagai rujukan atau
bahan tulisan sangat luas. Adapun observasi lapangan ialah seorang penulis
diharpak sering melakukan pengamatan kejadian-kejadian atau peristiwa nyata di
lapangan. Misalnya, menyaksikanlangsung pentas Tari Kretek Kudus, karena sang
penulis akan menulis tentang kesenian di Kabupaten Kudus. Hasil pengamatan
langsung di lapangan ini akan memperkuat bobot tulisan. Sisi lain,manfaat
pengamatan langsung di lapangan ini dapat melahirkan ide-ide besar untuk
membuat tulisan yang besar dan berbobot.
5.
Menulis. Seorang disebut penulis
karena suka menulis dan menulis. Seorang penulis harus selalu menulis kemudian
hasilnya dikirimkan ke koran atau majalah (media cetak). Seorang penulis tidak
mengenal kata putus asa, apabila tulisannya yang dikirimkan ke suatu koran atau
majalah tidak dimuat. Ia akan selalu menulis yang hasilnya dikirimkan ke
berbagai media cetak sesuai dengan topik yamg diangkat.
Penutupan
Setelah memahami, mengerti, dan mendiskusikan tentang
menulis artikel di media cetak, tentu Anda tergugah untuk menulis. Segeralah
menulis dan menulis! Anda jangan sampai manahan
rasa ingin menulis. Anda tidak perlu takut-takut untuk menulis apa saja
yang ingin Anda tulis. Menulis itu ibarat berenang atau menyopir kendaraan.
Kalau Anda menguasai teorinya, tetapi tidak pernah berenang dan tidak pernah menyopir kendaraan, maka Anda tidak akan
pernah bisa berenang, dan Anda tidak akan pernah menjadi sopir.
Bagaimana? Ingin mencoba menulis! Jangan! Jangan coba-coba
menulis! Akan tetapi, harus menulis beneran!
Menulis dengan dungguh-sungguh!
REFERENSI
Alwi, Hasan et.al. 2001.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar, Rosihan. 1980. Bahasa
Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Jakarta: Departemen Penerangan RI.
Assegaff, Dja’fat H. 1985. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kanzunnudin, Mohammad. 1995. “Olah Napas untuk Tingkatkan Konsentrasi”. Suara Merdeka. Maret. Hlm.XII.
Kanzunnudin, Mohammad. 2005. “Mengoptimalkan Wisata Kawasan
Tawan Mas”. Kompas. Mei. Hlm.D.
Kanzunnudin, Mohammad. 2005. “Museum Kartini”. Suara Merdeka. September. Hlm.20.
Kanzunnudin, Mohammad. 2006. Menulis
Artikel di Media Cetak. Makalah Disajikan dalam Pendidikan dan Pelatihan
Jurnalistik Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manusia (LP2M) Paramadharma,
Kudus. 23 Juli.
Kanzunnudin, Mohammad. 2013. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Kudus: Yayasan Adhigama.
Rifai, Mien A. 1997.
Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan
Penerbitan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Siregar, Ashadi et.al.
1998. Bagaimana Meliput dan Menulis
Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Kanisius.
Suparno dan Yunus. 2007. Keterampilan
Dasar Menulis. Jakarta: Unioversitas Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menulis sebagai Duatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil
Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.
No comments:
Post a Comment