Friday, 28 March 2014

PENULISAN ILMIAH POPULER DI MEDIA CETAK

Oleh
Drs. Mohammad Kanzunnudin, M. Pd
Disajikan dalam Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar  Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus, Sabtu, 1 Juni 2013 di Universitas Muria Kudus
Pembuka
Pada era sekarang ini dunia jurnalistik semakin marak. Apabila jurnalistik radio, TV, koran, tabloid, maupun majalah, bahkan buletin (bentuk penerbitan berupa lembaran,biasanya lembaran distensil atau difotocopy yang dikeluarkan oleh suatu badan penerbitan, misalnya kantor berita, dan suatu instansi pemerintah maupun swasta tertentu); semakin banyak semakin berkembang. Hal ini wajar karena setiap instansi ingin mengimformasikan apa-apa yang ada dan terjadi di instansinya kepada kalayak umum (publik). Tuntutan itulah yang menggerakkan suatu institusi membuat atau menerbitkan media.
Pada sisi lain media yang diterbitkan suatu institusi tersebut, tidak hanya berfungsi sebagai media atau sarana penyampaian informasi saja, tetapi juga menjadi sarana komunikasi antar institusi yang bersangkutan dengan khalayak umum (publik). Bahkan secara umum media yang diterbitkan tersebut memiliki fungsi (1) memberikan informasi, (2) memberikan hiburan, dan (3) melaksanakan control sosial.
Maraknya media cetak yang tertib dengan berbagai bentuk dan segmen tersebut, menantang penulis-penulis kreatif untuk mengirimkan tulisan-tulisannya yang berbentuk artikel.
Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bersemuka dengan orang lain (pembaca). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam menulis, seorang penulis harus memiliki keterampilan memanfaatkan grfologi (ilmu mengenai aksara atau system tulisan), struktur bahasa,kosa kata.
Menulis merupakan kegiatan menuangkan gagasan secara tertulis yang bersifat produktif dan ekspresif. Dapat dinyatakan juga bahwa menulis itu merupakan suatu proses yang bersifat produktif dan ekspresif yang berfungsi untuk menyampaikan ide,gagasan,pesan dari penulis kepada pembaca. Suatu proses produktif dan kreatif yang membutuhkan kemahiran pemakaian bahasa dengan tujuan untuk berkomunikasi antar penulis dan pembaca. Oleh sebab itu, keterampilan menulis tidak datang secara tiba-tiba atau otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik sebanyak-banyaknya dan teratur.
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling tinggi (sulit) mempunyai hubungan dengan keterampilan-keterampilan berbahasa lain, yakni menyimak,berbicara, dan membaca.
Menulis dan membaca merupakan kegiatan berbahasa tulis. Pesan yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca dijembatani melalui lambang bahasa yang dituliskan. Baca-tulis merupakan suatu kegiatan yang menjadikan penulis sebagai pembaca dan pembaca sabgai penulis.
Penulis sebagai pembaca berarti ketika aktivitas menulis berlangsung si penulis membaca tulisannya sendiri. Pada waktu membaca tulisannya sendiri penulis berperan sebagai pembaca yang menilai apakah tulisannya menyajikan hal yang bermanfaat, tulisannya enak dibaca atau tidak. Sebaliknya pembaca sebagai penulis, ketika berlangsung kegiatan membaca, pembaca melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh penulis, yakni menemukan topik dan tujuan tulisan, gagasan dan kaitan antara gagasan, dan kejelasan uraian.
Mengenai hubungan nenulis dengan menyimak ditunjukkan ketika menulis yakni penulis butuh ide informasi atau inspirasi untuk tulisannya. Inspirasi itu diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, majalah, koran, TV, pidato, diskusi,dan wawancara. Hal itu menunjukkan bahwa penulis memperoleh ide tulisan dari menyimak.
Adapun hubungan menulis dengan berbicara ditunjukkan bahwa keduanya merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Penulis dan pembicara sama-sama berperan sebagai pengirim atau penyampai pesan kepada pihak lain. Penulis dan pembicara sama-sama harus menentukan sikap terkait dengan topik, tujuan,jenis informasi yang akan disampaikan, dan teknik penyampaiannya sesuai dengan sasaran yang akan dituju (pembaca atau pendengar).
Manfaat menulis
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari menulis. Di antara manfaat menulis ialah sebagai berikut.
1.      Meningkatkan kecerdasan.
2.      Mengembangkan daya inisiatifdan kretivitas
3.      Menumbuhkan keberanian
4.      Mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Artikel
Artikel adalah tulisan yang selain mengandung fakta-fakta dan data-data yang obyektif juga sekaligus menampilkan analisis, simpulan,dan saran-saran yang sifatnya subjektif. Artikel selain memuat fakta juga mengandung opini.
Tulisan berbentuk artikel untuk konsumsi media cetak (majalah atau koran) merupakan karya tulis lengkap seperti berita atau esei di majalah atau koran. Oleh sebab itu, artikel merupakan tulisan yang mengandung fakta-fakta dan data-data yang obyektif. Tulisan berbentuk artikel selain memuat atau menyajikan fakta juga mengandung opini, pendapat, pikiran dan pendirian.
Tulisan berbentuk artikel disebut juga sebagai karangan khas. Yakni suatu tulisan yang berada di luar tulisan yang bersifat berita langsung yang pegangan utama dari 5 W ( what = apa, who = siapa, where = dimana, when = kapan, dan why = mengapa), dan 1 H (how = bagaimana) dapat diabaikan. Oleh sebab itu, tulisan berbentuk artikel atau karangan khas tidak perlu menonjolkan bagian-bagian yang penting di muka, sebagaimana keharusan bagian-bagian utama berita yang terdapat pada teras berita (intro atau lead). Hal ini dikarenakan tulisan yang mendatar dengan stilistik karangan khas atau artikel akan menarik.
Tulisan berbentuk artikel disebut juga sebagai tulisan ilmiah populer. Mengapa? Artikel merupakan tulisan ilmiah yang disajikan secara populer.
Populer berasal dari kata populis (latin) yang berarti rakyat. Dalam konteks bahasa ini populer mempunyai pengertian dikenal, diskusi, dan dibutuhkan banyak orang. Oleh sebab itu, pengertian ilmiah populer adalah tulisan ilmiah yang disajikan sedemikian rupa sehingga mengundang minat baca banyak orang. Oleh karena itu, salah satu hal penting yang perlu dikuasai penulisan artikel ialah cara penyajian tulisan.
Bagaimana menulis artikel ilmiah populer dalam media cetak (koran/majalah)? Seorang penulis harus memperhatikan kaidah-kaidah tulisan jurnalistik secara umum, yakni harus mengundang unsur aktual, masalahnya menyangkut banyak orang, tidak SARA, bahasanya lugas-padat-enak dibaca, dan memenuhi analisis logika yang baik.
Kriteria Umum
Tulisan ilmiah populer untuk konsumsi media cetak (Koran/majalah) pada umumnya sebagai berikut ini.
1.      Tema aktual (budaya, ekonomi, politik, agama, pendidikan, lingkungan atau yang lainnya).
2.      Masalahnya menyangkut orang banyak.
3.      Masalahnya mengundang perhatian orang banyak.
4.      Ada hal yang baru, baik informasi maupun data.
5.      Menyajikan informasi dan data yang benar.
6.      Hasil pemikliran orinil dan belum diterbitkan atau dipublikasikan di media lain.
7.      Analisisnya tajam, tidak sekedar deskriptif.
8.      Alur pemikiran logis.
9.      Bahasa populer, singkat, padat, lugas, dan mudah dimengerti.
10.  Tidakmemicu SARA.
11.  Tidak membuka celah gugatan.
12.  Penulisnya seorang yang profesional (menguasai masalah).
Tulisan yang Baik dan Bertanggung Jawab
Suatu tulisan dinyatakan baik dan bertanggung jawab dapat diukur berdasarkan hal-hal berikut ini.
1.      Jujur pada publik dan diri sendiri.
2.      Objektif, melihat persoalan secara adil, berimbang, dan proporsional.
3.      Kritis (peka terhadap perkembangan, membela kepentingan umum).
4.      Inisiatif, kreatif, proaktif, mencari hal-hal yang tersembunyi, mencari fakta, mengungkapkan kebenaran.
5.      Bijaksana, mempertimbangkan untuk menulis dan tidak menulis sesuatu.
6.      Tenggang rasa, tidak memojokkan.
7.      Santun dalam memilih kata, rendah hati.
8.      Membimbing. Turut mencerdaskan, bukan membodohi.
Karakteristik Media Cetak
Setiap media cetak (Koran atau majalah) memiliki ciri khas atau khusus (karakteristik) sendiri-sendiri. Karakteristik inilah yang membedakan antara Koran atau majalah yang satu dengan yang lainnya. Karakteristik ini meliputi, isi, dan gaya penyampaian. Tampilan atau perwajahan mencakupi bentuk huruf, lay out (tata letak), gambar (foto), dan pewarnaan.
Adapun mengenai karakteristik isi tertuang dalam rubriksasi (kepala karangan atau ruang tetap di koran atau majalah). Setiap koran atau majalah memiliki rubriksasi yang berbeda-beda. Misalnya, koran harian (koran yang terbit setiap hari) berbeda dengan koran yang terbit mingguan atau tengah bulanan. Bahwa sama-sama majalah wanita juga memiliki rubrikasasi yang berbeda.
Isi suatu Koran atau majalah juga ditunjukkanoleh karakteristik tema-tema artikel yang diangkat. Kalau Koran seperti Kompas, Suara Merdeka, Jawa Pos; tema-tema artikel cakupannya lebih umum dan luas. Adapun tabloid-tabloid wanita tema-tema artikel yang ditampilkan cakupannya lebih khusus, yakni tentang dunia wanita.
Mengenai gaya penyampaian atau gaya penulisan, setiap koran atau majalah juga memiliki gaya tersendiri. Ada Koran atau majalah yang menetapkan cara penulisan artikel dengan gaya ketat, yakni bahasa yang digunakan dan cara penggungkapannya dengan serius. Akan tetapi, ada juga dengan gaya agak longgar, yakni bahasa yang digunakan dan cara pengungkapannya agak santai. Gaya longgar ini ditunjukkan oleh diksi atau pilihan-pilihan kata banyak menggunakan bahasa sehari-hari yang akrap dengan masyarakat di daerah mana koran yang bersangkutan diterbitkan. Misalnya koran Suara Merdeka yang terbit di wilayah Jawa Tengah, banyak menggunakan idiom-idiom (bahasa dan dialek yang khas menandai suatu bahasa, suku, kelompok) yang ada dan sering muncul di kalangan masyarakat daerah-daerah Jawa Tengah.
Sikap Penulis
Seorang penulis harus memiliki sikap yang dapat menunjang daya kreativitas kepenulisan. Sikap positif yang harus dimiliki oleh seorang calon penulis atau penulis ialah sebagai berikut.
1.      Terbuka. Penulis atau penulis harus bersikap terbuka, yakni terbuka menerima berbagai informasi dari berbagai sumber, terbuka menerima kritik dan saran dari pihak atau orang lain.
2.      Membaca. Penulis atau penulis harus suka atau gemar membaca untuk memperoleh berbagai informasi, memperluas pengetahuan dan wawasan. Selain itu, dengan membaca seorang penulis dapat menemukan topik untuk menulis artikel.
3.      Berdiskusi. Penulis atau penulis harus suka berdiskusi dengan teman-teman sendiri, atau orang lain yang ahli di bidangnya. Diskusi ini selain berfungsi untuk memperoleh pengetahuan, juga untuk mengasah kepekaan sosial bagi penulis. Oleh sebab itu, seorang penulis harus sering hadir dalam forum-forum diskusi, seminar, dan lokakaryanya.
4.      Observasi. Seorang penulis harus sering melakukan observasi kepustakaan dan lapangan. Observasi kepustakaan dalam konten ini, seorang penulis sering melihat dan membaca tulisan-tulisan dengan topik (artikel) apa saja yang telah banyak ditulis orang. Sebaliknya, topik artikel apa saja yang belum banyak ditulis oleh orang lain. Dengan demikian, seorang penulis dapat menemukan topik-topik artikel yang layak dan patut diangkat menjadi tulisan. Pada sisi lain, dengan melakukan observasi kepustakaan, seorang penulis memiliki berbagai referensi sebagai rujukan atau bahan tulisan sangat luas. Adapun observasi lapangan ialah seorang penulis diharpak sering melakukan pengamatan kejadian-kejadian atau peristiwa nyata di lapangan. Misalnya, menyaksikanlangsung pentas Tari Kretek Kudus, karena sang penulis akan menulis tentang kesenian di Kabupaten Kudus. Hasil pengamatan langsung di lapangan ini akan memperkuat bobot tulisan. Sisi lain,manfaat pengamatan langsung di lapangan ini dapat melahirkan ide-ide besar untuk membuat tulisan yang besar dan berbobot.
5.      Menulis. Seorang disebut penulis karena suka menulis dan menulis. Seorang penulis harus selalu menulis kemudian hasilnya dikirimkan ke koran atau majalah (media cetak). Seorang penulis tidak mengenal kata putus asa, apabila tulisannya yang dikirimkan ke suatu koran atau majalah tidak dimuat. Ia akan selalu menulis yang hasilnya dikirimkan ke berbagai media cetak sesuai dengan topik yamg diangkat.
Penutupan
Setelah memahami, mengerti, dan mendiskusikan tentang menulis artikel di media cetak, tentu Anda tergugah untuk menulis. Segeralah menulis dan menulis! Anda jangan sampai manahan rasa ingin menulis. Anda tidak perlu takut-takut untuk menulis apa saja yang ingin Anda tulis. Menulis itu ibarat berenang atau menyopir kendaraan. Kalau Anda menguasai teorinya, tetapi tidak pernah berenang dan tidak pernah menyopir kendaraan, maka Anda tidak akan pernah bisa berenang, dan Anda tidak akan pernah menjadi sopir.
Bagaimana? Ingin mencoba menulis! Jangan! Jangan coba-coba menulis! Akan tetapi, harus menulis beneran! Menulis dengan dungguh-sungguh!
REFERENSI
Alwi, Hasan et.al. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Anwar, Rosihan. 1980. Bahasa Jurnalistik Indonesia dan Komposisi. Jakarta: Departemen Penerangan RI.
Assegaff, Dja’fat H. 1985. Jurnalistik Masa Kini. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kanzunnudin, Mohammad. 1995. Olah Napas untuk Tingkatkan Konsentrasi”. Suara Merdeka. Maret. Hlm.XII.
Kanzunnudin, Mohammad. 2005. “Mengoptimalkan Wisata Kawasan Tawan Mas”. Kompas. Mei. Hlm.D.
Kanzunnudin, Mohammad. 2005. “Museum Kartini”. Suara Merdeka. September. Hlm.20.
Kanzunnudin, Mohammad.  2006. Menulis Artikel di Media Cetak. Makalah Disajikan dalam Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manusia (LP2M) Paramadharma, Kudus. 23 Juli.
Kanzunnudin, Mohammad. 2013. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Kudus: Yayasan Adhigama.
Rifai, Mien A. 1997. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan.  Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Siregar, Ashadi et.al. 1998. Bagaimana Meliput dan Menulis Berita untuk Media Massa. Yogyakarta: Kanisius.
Suparno dan Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Unioversitas Terbuka.
Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menulis sebagai Duatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.

No comments:

Post a Comment