ANALISIS SASTRA
DALAM PUISI KARAWANG - BEKASI
Karya Chairil Anwar
Disusun Oleh:
Tommy Faesol
08410287
1F
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
IKIP PGRI SEMARANG
2008
Pendahuluan
Secara
etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti
pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya
membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya,
makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya
disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan
kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10).
Ketertarikan
penganalisis karya sastra terhadap puisi berjudul Karawang – Bekasi Karya
Chairil Anwar adalah karena hampir semua kata – kata yang digunakan oleh
pengarang puisi memiliki pemaknaan yang dalam. Pada kesempatan ini,
penganalisis meneliti puisi berdasarkan teori strukturalis karya sastra, yaitu
dengan meneliti unsur intrinsik puisi yang berupa tema, majas, citraan, rima,
diksi, dan amanat.
Pada dasarnya, teori strukturalis karya sastra adalah
merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan
tanggapan dan deskriksi struktur – struktur ( Suwardi, 2006:49 ). Penelitian
ini dilakukan obyektif yaitu menekankan
aspek intrinsik karya sastra. Penelitian struktual akan memandang karya sastra
sebagai sosok yang berdiri sendiri, mengesampingkan unsur di luar karya sastra.
Sebagai model penelitian, teori strukturalis bukan tanpa kelemahan. Kelemahan
teori ini adalah karya sastra seakan – akan diasingkan dari konteks fungsinya,
sehingga dapat kehilangan relevansi sosial, tercerabut dari sejarah, dan
terpisah dari aspek kemanusiaan.
Pembahasan
1. Tema .
Tema
merupakan gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya sastra, baik yang
terungkap maupun tidak (Sujiman, 1990:78). Menurut peneliti puisi, tema pada
puisi Karawang - Bekasi adalah “perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam
medan perang
dan terbaring antara Kota Krawang sampai Kota Bekasi”. Hal ini dapat dilihat
pada baris pertama dan terakhir pada puisi. Yaitu pada baris pertama “Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi”
dan pada baris terakhir “Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi”.
2. Bahasa Kiasan.
Unsur bahasa kiasan (figurative
language) adalah untuk mendapatkan efek estetis dengan pengungapannya
secara tak langsung. Kadang kala, untuk mendapatkan kejelasan gambaran angan.
Bahasa kiasan bermacam-macam, antara lain simile (perbandingan), metafora
(perbandingan tak langsung), personifikasi, metonimi, sinekdoki, dan
alegori (Pradopo, 2002:62). Bahasa kiasan biasanya kita kenal dengan sebutan
majas.
Pada puisi Karawang –
Bekasi memiliki berbagai majas, diantaranya
- Majas metonimia, seperti yang ada dalam kalimat “Kami cuma tulang-tulang berserakan”.
- Majas metafora yaitu pada kalimat “Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenanga dan harapan atau tidak untuk apa-apa”.
- Majas sinekdoki yaitu pada kalimat “Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak”.
3. Citraan.
Citraan
(imagery) adalah gambaran angan yang bermanfaat dalam pemahaman puisi. Citraan
memungkinkan kita untuk mencitrakan atau membayangkan kata-kata. Citraan ini
sangat bermanfaat dalam menghidupkan puisi Beberapa macam citraan
antara lain citraan penglihatan (visual), citraan pendengaran (auditory),
citraan lidah atau rasa (tactile), citraan gerak (kinaestetik),
dan citraan rabaan (termal).
Pada
puisi Karawang – Bekasi memiliki beberapa citraan. Diantaranya
- Citraan pendengaran dalam kalimat “Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak”.
- Citraan penglihatan yaitu dalam kalimat “Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi”.
- Citraan garak dalam kalinmat “Kami sudah coba apa yang kami bisa”.
- Citraan kesedihan yang tergambar pada kalimat “ Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang – tulang diliputi debu”.
- Citraan lingkungan pada kalimat “Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi”.
4. Rima.
Rima
adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang
cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan.
Bunyi semacam ini disebut euphony.
Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony.
Rima
mempunyai jenis yang beraneka ragam, diantaranya :
- Berdasakan bunyinya, rima dibagi menjadi :
a.
Rima sempurna, yaitu persamaan bunyi pada suku-suku
kata terakhir.
b.
Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat
pada sebagian suku kata terakhir.
c.
Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada
dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi).
d.
terbuka, yaitu
persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
e.
Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada
suku kata tertutup (konsonan).
f.
Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat
pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
g.
Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada
asonansi vokal tengah kata.
h.
Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat
pada huruf-huruf mati/konsonan.
2. Berdasarkan letaknya, rima
dibedakan menjadi :
a.
Rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada
awal baris pada tiap bait puisi.
b.
Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di
tengah baris pada bait puisi.
c.
Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di
akhir baris pada tiap bait puisi.
d.
Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada
bait-bait puisi yang dilihat secara vertical.
e.
Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris
puisi secara horizontal.
f.
Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk
sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung
kesejajaran maksud.
g.
Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama
antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga
(ab-ba).
h.
Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun
sama antara akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan
larik keempat (ab-ab).
i.
Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang
tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa).
j.
Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang
tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb).
k.
Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak
menentu pada akhir larik-larik puisi (a-b-c-d).
Walaupun
puisi Karawang – Bekasi tergolong puisi yang panjang, tapi ternyata tak banyak
rima yang ada di dalamnya. Tapi karena ini adalah puisi, tentunya masih
memiliki rima, diantaranya :
1.
Rima mutlak, yaitu yang terdapat pada baris 14 - 15 dan
baris 18 -19 pada kalimat :
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa
berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
2.
Rima patah, terdapat hampir di semua baris. Misalnya
baris 1 – 5, yaitu pada kalimat :
Kami yang kini terbaring antara
Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
5. Diksi.
Diksi adalah
pilihan kata atau frase dalam karya sastra. Kata-kata yang dipilih oleh penyair
merupakan ”kata pilihan” untuk mengungkapkan apa yang disampaikannya secara
tepat. Efek yang muncul dari pemilihan kata ini adalah adanya imajinasi yang
estetis. Pemilihan kata juga bisa menjadi ciri dari seorang penyair
(idiosinkresi).
Pada puisi ini terdapat
beberapa diksi, diantaranya :
·
Kami
bicara padamu dalam hening di malam sepi
·
Jika
dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
·
Kami
cuma tulang-tulang berserakan
·
Berjagalah
terus di garis batas pernyataan dan impian
5. Amanat.
Amanat adalah sebuah pesan, tapi
bisa juga berupa perintah yang di sampaikan pengarang kepada pembaca. Pesan
atau perintah tersebut bisa tersurat (implisit) dan bisa tersirat (eksplisit),
tergantung dari bagaimana cara pengarang mengungkapkanya. Di dalam Puisi Karawang
– Bekasi terdapat banyak amanat.
Diantaranya
yang diungkapakan oleh pengarang cerita secara tersurat (implisit) adalah pada
kalimat
·
Kenang,
kenaglah kami
·
Teruskan,
teruskan jiwa kami
·
Berikan
kami arti
·
Berjagalah
terus di garis batas pernyataan dan impian
Dan amanat yang diungkapkn pengarang dengan
tersirat (eksplisit) antara lain adalah :
·
“Tapi kerja belum selesai, belum bisa
memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa”
Menurut peneliti puisi, amanat tersebut
mempunyai arti “ walaupun Negara ini
sudah merdeka, tapi belum bisa mengahargai jasa – jasa pahlawan yang gugur saat
berjuang malawan penjajah demi kemerdekaan ”.
·
“Kaulah lagi yang tentukan nilai
tulang-tulang berserakan”
Arti pada amanat ini adalah “ hanya kita sebagai penerus kemerdekaan yang
mampu memberi nilai dan menghargai para pahlawan yang telah gugur”.
Penutup
1. Kesimpulan.
Analisis karya sastra puisi dengan landasan
teori strukturalis adalah dengan menganalisis unsur intrinsik puisi yang berupa
tema, bahasa kiasan, citraan, diksi, dan amanat. Puisi Karawang – Bekasi telah
memiliki lima
unsur tersebut. Jadi puisi ini tergolong puisi yang baik.
Bila kita menganalisis karya sastra dengan
teori struktualis, maka analisis pada puisi akan lebih rumit daripada analisis
pada karya sastra lain (novel, cerpen, roman). Hal ini disebabkan karena unsur
intrinsik pada puisi lebih memerlukan pemikiran yang dalam. misalnya pada
penentuan gaya
bahasa. Bila peneliti tidak benar – benar teliti, bisa jadi puisi ini menjadi
puisi yang tanpa gaya
bahasa.
2. Saran.
Dengan mengkaji makna dari puisi Karawang –
Bekasi, peneliti puisi ini memeliki beberapa saran untuk para pembaca. Saran –
saran tersebut antara lain adalah :
·
Sebagai
penikmat kemerdekaan, kita tidak boleh lupa dengan jasa – jasa para pahlawan
yang dulunya rela mati demi merdekanya bangsa ini.
·
Jiwa
pahlawan adalah jiwa seorang ksatria, maka kita harus bisa meniru dan
meneruskan jiwa yang dimiliki para
pahlawan.
·
Kita
adalah generasi penerus bangsa, jadi kita harus bisa mengisi kemerdekaan ini
dengan pembangunan.
·
Berfikirlah
positif!, karna dengan berfikir positif kita dapat memiliki jiwa dengan mental
yang kuat.
Daftar Pustaka
Endraswara, Suwardi.
2006. Metodologi Penelitian Sastra. Pustaka
Widyadatama : Yogyakarta.
Harjito. 2006. Melek Sastra. Semarang : Aneka Ilmu.
ijin copas thanks smoga bermanfaat
ReplyDeleteIni puisi melambangkan bahasa protes halus kepada 3 tokoh tersebut diatas ..yang mengikuti pola penjajah dengan perjanjian linggarjati..renville ..NKRI merdeka dgn UUD 45 ..harus diyakini secara total...demi 4 - 5 ribu nyawa berjuang mempertahankan UUD 45...tapi sayang lahirlah KMB Meldaklah RIS....inilah awal kehancuran dan ketidak yakinan akan Bangsa ini NKRI..merdeka atoe mati...sayang Soedirman dan Tan Malaka Tidak ada di Tahun 1949..jadi mereka berani meRepublikan Indonesia Serikat ...sampai tahun 1959...dengan kesadaran Bung Karno mengeluarkan dekrit.yang akibatnya Bung Hatta si Pendelegasi KMB mundur dari wakil presiden..ini UUD 45 hanya bertahan hingga 1967 hanya maksimal 7 tahun...orang orang Ris tidak menyetujui UUD 45 ...sampai sekarang th 2016 kita mutlak melaksanakan RIS republik Indonesia Serikat...terkabul apa yang diingini Sekutu....tapi apakah Bung Dirman dan Bung Tan Malaka itu mati...tidak..beliau yakin Indonesia bakal menjadi mercusuar dunia berdasarkan kitab Joyoboyo...pada era pemerintahan Satrio pinandhito sinisihan Wahyu..
ReplyDeleteIzin copas ya kak buat tugas sekolah, thanm's before you did well!!
ReplyDeleteRa etuk
ReplyDeleteterimakasih sangat membantu
ReplyDeleteKalau Bisa dikemas dalam bentuk ms word
Terimakasih ini sangat membantu saya dalam pelajaran
ReplyDeleteThanks yah
ReplyDelete