Friday, 4 April 2014

ANALISIS PARAFRASE, SIMBOL, MAJAS, DAN AMANAT DALAM PUISI

APRESIASI PUISI “NYANYIAN LUMUT” KARYA D. ZAMAWI IMRON
Dosen Pengampu : Bapak S. Prasetyo Utomo
Disusun oleh :
TOMMY FAESOL
08410287
4F/PBSI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2010
1.       Puisi
Nyanyian Lumut
Jika kuterima kecutmu
Garam akan semakin larut pada darah
Serang elang bergoyang
Dalam hatiku
Telur yang akan menetas itu menyiapkan
Sejarah lumut yang bersenjata rawa rawa
Mengidung bukanlah senang
Tak tahu sakitnya hati
Siapa mengaku asap
Akan lenyap dilutut angkasa
Dan apa yang mengancam serta menagih
Langitnya bersujud padanya
Sekali hati menderap
Di ubun rumput dan lalang
Kau menangisi
Bangkaimu sendiri
                                                                                                (D. Zamawi Imron)
2.       Parafrase Puisi
Jika ku tahu dan ku dengar tentang kejelekanmu semakin aku merasakan bahwa kenyataan pahit semakin terbiasa dalam hidup. Dalam hatiku serasa sesuatu mengusik ketenteraman batin. Dari kejelekanmu aku menjadi tahu bahwa yang mengusik batinku selalu menggoda hidupku.
Peristiwa yang sering terjadi itu membuat lumut menjadi hidup. Lumut yang sanggup melindungi dirinya ketika berada di dalam situasi yang mengancam hidupnya. Tetapi lumut yang seperti itu bukan tidak pernah sakit, tetapi lumut mencoba bertahan dengan keadaan hidupnya yang selalu dianggap tak berguna dan sering merugikan.
Memang benar bahwa yang menjadi akibat dari perbutaan buruk akan hilang dibawah kekuasaanNya. Serta yang mengancam dan menjadi tanggungannya akan kembali ditanya. Bila keburukan telah sirna maka kebaikan akan mudah dicapai dan selalu mendekat.
Sekali hati mencoba menanyakan ketidakakdilan nasib pada alam. Di atasmu adalah rumput dan lalang yang berserakan. Dan engkau akan tersadar bahwa kau telah tiada dan menangisi kejelekan – kejelekan yang telah kau lakukan.
3.       Simbol dalam Puisi
a.       Konversi
1) Kecutmu             : kejelekanmu
2) Garam                 : kenyataan pahit
3) Telur                     : peristiwa
4) Lumut                  : seorang yang lemah dan dianggap tak berguna
5) Asap                     : akibat dari perbuatan buruk
6) Langitnya            : kebaikan
7)Bangkaimu          : mayatmu
4.       Majas dalam Puisi
a.       Majas Metafora
1) Jika kuterima kecutmu
Maknanya :  jika aku menerima kejelekanmu
2) Langitnya bersujud padanya
Maknanya : kebaikan akan mudah dicapai dan selalu mendekat
3) Bangkaimu sendiri
Maknanya : kejelekan atau mayatmu sendiri
b.      Majas Personifikasi
1) Sejarah lumut yang bersenjata rawa rawa
Maknanya : urutan peristiwa sampai lumut dapat melindungi
        dirinya dari bahaya
2) Akan lenyap di lutut angkasa
Maknanya : akan hilang dibawah kekuasaanNya
3) Di ubun rumput dan lalang
Maknanya : di kepala rumput dan lalang yang berada diatasnya
c.       Majas Alegori
1) Garam akan semakin larut pada darah
Maknanya : kenyataan pahit semakin terbiasa dalam hidup
2) Telur yang akan menetas itu menyiapkan
Maknanya : sesuatu yang telah disiapkan untuk memulai peristiwa
        baru
5.       Amanat dalam Puisi
Amanat yang tersirat dalam puisi “Nyanyian Lumut” adalah bila kita selalu menerima keburukan dari seseorang maka yang buruk itu tidak akan terlalu kita rasakan karena telah terbiasa. Dan kita dapat memiliki cara agar dapat melindungi diri dari keburukan – keburukan tersebut. Walaupun kita tidak senang, tetapi selayaknya kita dapat bertahan. Ketika keburukan itu dapat kita hindari maka semua kebaikan akan mendekat pada kita. Namun bila kita mengikuti keburukan itu maka penyesalan selalu dating terlambat, yaitu ketika sudah di dalam kubur.

No comments:

Post a Comment