Belajar dari
Sang Pemimpi
Andrea
Hirata, Ia bukanlah sastrawan dari latar belakang sastra, studinya mengenai
ilmu ekonomi. Namun Ia mampu menghasilkan karya sastra yang kesemuanya best
seller. Berawal dari pengalamannya sendiri Ia membuat sebuah karya. Sebuah
karya sastra yang sensasional. Dengan gaya penceritaan yang blak – blakkan, tak
biasa, dan tak terduga. Kadang – kadang menggelitik namun begitu memikat. Dalam
setiap narasi, pembaca dibawa ikut terjun langsung ke dalam ceritanya.
Melalui
novel Sang Pemimpi, Jelajahi kemegahan
Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke
Perancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara :
Sorbonne. Ikuti jejak – jejak Sartre, louis Paster, Montesquieu, Voltaire. Di
sanalah orang belajar scieense, sastra, dan seni hingga mengubah peradaban
(Sang Pemimpi hal 78). Itu adalah kata – kata dari Pak Balia, guru sastra yang
diidolakannya. Dari perkataan beliau Andrea Hirata bermimpi, mimpi yang mungkin
tidak akan pernah diraih: menapakkan kaki di altar suci almamater De Sorbonne
Perancis. Ia tidak lahir dari keluarga orang kaya, tapi dengan kemauan yang
keras, mimpi mimpi itu berhasil diraih. Tanpa
mimpi dan semangat orang seperti kita akan mati (Sang Pemimpi hal 176).
Luar
biasa sekali, (menurutku). Ia (Andrea Hirata) mampu menyusun kata demi kata
untuk dijadikannya rangkaian cerita ber-epik menarik. Ahmad Tohari mengatakan,
“ untuk sebuah karya sastra bergaya saintifik dengan penyampaian cerdas dan
sangat menyentuh, nama Andrea Hirata sudah bisa jadi jaminan”. Ahmad Tohari
yang notabene adalah sastrawan hebat di Indonesia, Karyanya Trilogi Ronggeng
Dukuh Paruk, yang sudah diterbitkan kedalam 12 bahasa saja mengakui kehebatan
Andrea Hirata. Apalagi saya yang untuk sementara ini hanya bisa menikmati karya
sastra. Tentu apresiasi luar biasa dari saya.
Di
semua narasinya, Andrea memberikan pengetahuan – pengetahuan baru untuk
pembacanya. Ia seperti tak pernah kehabisan ide dan tak pernah kehilangan
tempat untuk melihat suatu fenomena dari beberapa sudut pandang yang berbeda. Setiap
kalimatnya bermuatan, dan dapat berkembang lagi ke bentuk yang lebih besar;
cerita baru, kisah baru, sesuatu yang tak terduga. Ia membubuhkan beberapa ilmu
: fisika, biologi, kimia, astronomi, dan bahasa kedalam kata demi kata yang
dirangkainya.
Tetralogi
Laskar Pelangi: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpoov.
Dua dari Novel tersebut sudah diangkat menjadi film bioskop. Laskar Pelangi
mendapat apresiasi luar biasa juga dari Presiden dan Wapres pada saat itu.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama M. Jusuf Kalla ikut – ikutan nonton
bareng. Betapa hebatnya karya ini, hingga orang nomor satu di Negeri ini
terbawa dalam alur ceritanya.
Setelah
Tetralogi Laskar Pelangi, karya berikutnya adalah Dwilogi Padang Bulan: Padang
Bulan, Cinta dalam Gelas. Novel ketujuhnya ditulis setelah mendapat bea siswa
untuk belajar sastra pada program IWP (International Writing Program),
University of Lowa, Amerika Serikat. Novel ketujuhnya ditulis selama mengikuti
program IWP berjudul Two Trees, dalam bahasa Indonesia berarti Ayah.
Hebat
bukan main untuk Andrea Hirata, Sastrawan muda namun berdaya imajinasi tinggi,
sebuah inspirasi untukku selain dari Albert Einstein dengan teori
Relativitasnya.
TF_ 2011
No comments:
Post a Comment